The Devil AII The Time: Kegelapan Dalam Jalinan Takdir
The Devil All the Time, yang dirilis pada tahun 2020 dan disutradarai oleh Antonio Campos, adalah sebuah karya sinematik yang mengeksplorasi tema kegelapan dan keputusasaan di tengah kehidupan yang brutal.
Diadaptasi dari novel karya Donald Ray Pollock, film ini menampilkan jajaran bintang terkenal seperti Tom Holland, Robert Pattinson, dan Bill Skarsgård, yang menghidupkan karakter-karakter yang rumit dan tragis. Dengan latar belakang Amerika Serikat pasca-Perang Dunia II, film ini menggambarkan perjalanan hidup yang penuh liku, di mana kejahatan dan pengharapan saling bersaing. Di REVIEW FILM INDONESIA kami akan membahas semua film-film yang terbaru untuk kalian.
Sinopsis Dan Karakter Utama
Cerita dimulai di sebuah kota kecil di Ohio, berfokus pada tokoh utama, Arvin Russell (Tom Holland), yang dibesarkan dalam keluarga dengan latar belakang kelam. Ayahnya, Willard Russell (Bill Skarsgård), adalah seorang veteran perang yang terperosok dalam kegelapan setelah kembali dari perang. Dalam perjuangannya untuk mencari makna dan pengharapan, Willard terlibat dalam ritual keagamaan yang aneh, yang semakin membuatnya terasing dari keluarganya.
Setelah kematian tragis ibunya, Arvin berusaha melindungi adiknya, Lenora (Eliza Scanlen), dari pengaruh buruk di sekitarnya. Dalam perjalanan hidupnya, Arvin bertemu dengan sejumlah karakter yang berkontribusi pada kegelapan dalam hidupnya. Termasuk pendeta gila Preston Teagardin (Robert Pattinson). Yang memiliki agenda tersembunyi. Film ini menunjukkan bagaimana semua karakter ini saling terhubung dalam jaringan takdir yang tragis.
Tema Dan Gaya Cerita
Tema dominan dalam. The Devil All the Time adalah kegelapan dan kekerasan yang meliputi kehidupan manusia. Film ini mengeksplorasi sisi gelap dari karakter-karakter yang terjebak dalam lingkaran kekejaman, di mana tindakan brutal sering dilakukan atas nama agama atau kepercayaan pribadi. Kegelapan ini tidak hanya tampil dalam bentuk aksi fisik, tetapi juga terlihat dalam perjalanan emosional setiap karakter, yang menghadapi trauma, kehilangan, dan rasa putus asa. Dengan menghadirkan realitas yang kejam dan penuh kekacauan. Film ini mendorong penonton untuk merenungkan dampak dari tindakan serta keputusan yang diambil dalam situasi ekstrem, baik dari sisi baik maupun buruk.
Gaya cerita dalam film ini juga terasa unik dengan penggunaan narasi non-linear yang kompleks. Penyampaian cerita terdiri dari serangkaian vignet yang terhubung melalui tema sentral kekerasan dan pengaruh agama, tetapi disampaikan melalui lensa berbagai karakter. Dengan mengguncang penonton melalui pengenalan yang mendalam terhadap banyak karakter. Film ini mengajak penonton menjalani perjalanan emosional yang sulit. Teknik ini menciptakan kedalaman pada narasi, meskipun terkadang bisa membuat penonton merasa kewalahan akibat banyaknya cerita yang harus diikuti.
Baca Juga: Menduda: Pesan Moral di Balik Hidup Seorang Duda Modern
Visual Dan Sinematografi
Visual dan sinematografi memainkan peran yang sangat penting dalam menghidupkan cerita tentang mewujudkan impian memiliki rumah. Setiap adegan dirancang dengan cermat untuk menciptakan suasana yang mendalam dan emosional. Menggambarkan perjalanan para karakter dengan latar belakang yang sesuai. Penggunaan pencahayaan yang tepat menciptakan kontras antara moment-moment penuh harapan dan tantangan. Menggarisbawahi emosi yang dirasakan oleh para karakter. Warna-warna hangat yang mendominasi adegan saat karakter menjalankan harapan mereka memberikan rasa optimism dibandingkan dengan nuansa dingin yang mengisi momen sulit. Membantu penonton merasakan dinamika perjalanan ini.
Sinematografi juga menggunakan teknik pengambilan gambar yang inovatif untuk menekankan detail-detail penting dalam perjalanan kepemilikan rumah. Close-up pada ekspresi wajah karakter saat mereka merasakan kebahagiaan atau kekecewaan menambah kedalaman emosional dan mengajak penonton untuk merasakan apa yang mereka lalui. Transisi kamera yang halus antara lokasi yang berbeda. Dari rumah impian hingga tempat tinggal saat ini. Menggambarkan perjalanan fisik sekaligus emosional yang harus dilalui oleh setiap karakter. Hal ini memberikan visualisasi yang kuat terhadap tema-perjuangan dan harapan, menjadikan cerita lebih menarik.
Pesan Moral
The Devil All the Time bukan sekadar film tentang kejahatan ia juga mengajak penonton untuk merenungkan pilihan moral dan konsekuensi dari tindakan seseorang. Setiap karakter memiliki motivasi dan alasan di balik tindakan mereka, bahkan jika itu membawa mereka pada jalan kegelapan. Melalui perjalanan Arvin, penonton diajak untuk memahami bahwa dalam dunia yang penuh dengan kegelapan, pengharapan dan kebangkitan masih mungkin terjadi. Meskipun terkadang terasa mustahil.
Selain itu, cerita ini juga menekankan nilai-nilai solidaritas dan dukungan sosial dalam proses mencapai impian. Melibatkan keluarga, teman, dan komunitas tidak hanya memberikan dukungan emosional. Tetapi juga memperluas kemungkinan dan sumber daya yang tersedia bagi individu. Interaksi yang positif dengan orang-orang terdekat dapat menjadi penguat semangat dan membantu seseorang untuk tidak merasa sendirian dalam perjuangan. Dengan menjalani proses ini bersama-sama, hubungan antar anggota komunitas dapat semakin kuat dan saling mendukung satu sama lain dalam mencapai cita-cita mereka.
Dalam konteks moralitas. Film ini menghadirkan pandangan kritis terhadap agama dan bagaimana interpretasi yang menyimpang dapat menyebabkan kehancuran. Karakter-karakter seperti Willard Russell dan Reverend Preston Teagardin mencerminkan cara-cara di mana kepercayaan bisa disalahgunakan untuk membenarkan tindakan kekejaman.
Kesimpulan
He Devil All the Time menggarisbawahi tema kegelapan yang mer permeate seluruh narasi. Film ini mengisahkan perjalanan hidup karakter-karakter yang diliputi oleh kekerasan, penderitaan, dan pengkhianatan, menciptakan suasana yang depresif dan gelap. Setiap tokoh menghadapi tantangan yang menguji moral dan iman mereka, menggambarkan bagaimana kegelapan dapat muncul dari pengabdian kepada Tuhan yang diinterpretasikan secara salah. Melalui alur cerita yang padat dan banyak cabang. Film berhasil menyoroti berbagai aspek kelam dari sifat manusia. Memaksa penonton untuk merenungkan konsekuensi dari tindakan yang didorong oleh iman dan kekuasaan.
Karakter-karakter dalam. The Devil All the Time mempresentasikan berbagai tragedy yang mengakar dalam pengalaman pribadi dan sejarah mereka. Dari Arvin Russell yang diperankan oleh. Tom Holland, yang harus menghadapi kehilangan dan trauma sejak kecil. Hingga Willard Russell yang terjebak dalam kenangan mengerikan dari Perang Dunia. Film ini menunjukkan bagaimana latar belakang karakter mendorong mereka ke dalam siklus kekerasan dan keputusasaan, mencerminkan bagaimana takdir individu sering kali dibentuk oleh lingkungan yang kelam dan pilihan yang buruk. Keterikatan emosional dengan karakter menjadi sulit karena banyaknya tragedi yang mereka alami tanpa ada momen positif yang signifikan
Akhirnya, film ini menyampaikan pesan moral yang kuat tentang konsekuensi dari kekerasan dan fanatisme. Dengan mengangkat tema tentang penyalahgunaan agama dan kesadaran akan kegelapan dalam hati manusia. The Devil All the Time bertujuan untuk menggugah penontonnya agar berpikir kritis mengenai bagaimana nilai-nilai agama dapat diselewengkan untuk membenarkan tindakan kekejaman. Kombinasi antara sinematografi yang menawan dan narasi yang penuh dengan simbolisme membawa penonton ke dalam perjalanan menakutkan namun mendalam. Mengajak mereka untuk mempertimbangkan kembali pandangan kebaikan dan kejahatan. Klik link berikut untuk mengetahui apa saja yang akan kami update mengenai film dan drama terbaru k-drama.id