Menggali Nilai Religius dan Nasionalisme di Film Biografi Buya Hamka
Film Buya Hamka merupakan karya sinematik yang menggambarkan perjalanan hidup salah satu ulama besar dan tokoh intelektual Indonesia, Buya Hamka.
Film ini menulis ulang kisah hidup tokoh bernama lengkap Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang dikenal sebagai pejuang kemerdekaan, sastrawan, dan pemikir Islam ternama. Dibawah ini REVIEW FILM INDONESIA akan membahas melalui film ini, penonton diajak menyelami berbagai fase penting dalam kehidupan Buya Hamka, mulai dari masa kecil di Sumatera Barat hingga pencapaian politik dan dakwahnya.
Latar Belakang dan Proses Produksi Film
Film Buya Hamka Vol. 1 dirilis pada tahun 2023 dan disutradarai oleh Fajar Bustomi dengan naskah yang ditulis oleh Alim Sudio dan Cassandra Massardi. Produksi film ini memakan waktu panjang, dimulai sejak ide awal pada tahun 2014 dan melalui proses pengembangan naskah selama tiga tahun.
Film ini memakan biaya produksi terbesar dalam sejarah Falcon Pictures, diperkirakan mencapai Rp 70 miliar. Menjadikannya salah satu film biografi termahal di Indonesia, dengan total durasi mencapai tujuh jam. Film ini dibuat dalam tiga volume agar dapat mengangkat setiap fase kehidupan Buya Hamka secara mendalam dan utuh.
Jalan Cerita dan Tokoh Utama
Cerita film ini mengisahkan perjalanan hidup Buya Hamka dari 1933 hingga 1945 di volume pertama, sebagai pengurus Muhammadiyah di Makassar. Aktivitasnya sebagai pemimpin redaksi majalah Pedoman Masyarakat, hingga tantangan besar yang dia hadapi selama pendudukan Jepang.
Konflik keluarga juga turut mewarnai, seperti ketegangan dengan ayahnya dan duka atas meninggalnya salah satu anaknya. Perjalanan spiritual dan intelektualnya juga tergambar saat ia menunaikan ibadah haji dan menimba ilmu di Mekkah, yang menjadi landasan dan misi hidupnya membangun Islam di Indonesia.
Baca Juga:
Pendalaman Karakter & Peran Pemeran Pendukung
Film ini diperkuat oleh jajaran aktor dan aktris papan atas Indonesia, termasuk Donny Damara sebagai Abdul Karim Amrullah (ayah Buya Hamka). Desy Ratnasari sebagai Ummi Safiyah (ibu Buya Hamka), serta Ben Kasyafani yang memerankan Zainuddin Labay El Yunusy.
Setiap pemeran memberikan performa yang kuat dalam membangun narasi emosional dan sejarah kehidupan Buya Hamka. Adegan-adegan yang menggambarkan hubungan keluarga, konflik internal, hingga perjuangan sosial politik. Disajikan dengan baik dan mengangkat tema humanisme dalam konteks sejarah Indonesia.
Dampak dan Penerimaan Film di Masyarakat
Setelah dirilis pada 19 April 2023, tepat di masa Lebaran, Buya Hamka Vol. 1 menerima respons positif dari penonton dan kritikus. Film ini berhasil meraih lebih dari satu juta penonton dalam dua minggu, sebuah prestasi luar biasa untuk film biografi di Indonesia.
Film juga mendapatkan lima nominasi di Festival Film Indonesia 2023, termasuk nominasi untuk aktor terbaik dan adaptasi skenario terbaik. Penonton mengapresiasi tidak hanya nilai edukasi film ini, tetapi juga sisi humanis dan inspiratif yang diangkat dari kehidupan tokoh yang dihormati tersebut.
Nilai-Nilai & Pesan yang Disampaikan Film
Film ini tidak hanya menyajikan sebuah biografi, tetapi juga menonjolkan nilai-nilai keislaman, keteladanan, dan patriotisme. Kisah Buya Hamka yang konsisten berjuang dalam bidang dakwah, sastra, dan politik menjadi inspirasi bagi banyak kalangan, terutama generasi muda.
Film juga menampilkan bagaimana Buya Hamka menghadapi tantangan dengan kebijaksanaan, dialog, dan semangat membangun persatuan di tengah dinamika politik Indonesia. Aspek romansa dengan Sitti Raham yang menjadi pendamping hidupnya juga menambah warna emosional, menggambarkan sisi humanis tokoh besar ini.
Kesimpulan
Salah satu keunggulan film Buya Hamka adalah kualitas produksi yang tinggi dan detail artistik yang diperhatikan secara serius. Musik latar digarap oleh Purwacaraka dan dipadukan dengan bantuan orkestra. Dari Czech Symphony Orchestra, memberikan nuansa yang mendalam dalam setiap adegan.
Sementara itu, pengambilan gambar di berbagai lokasi seperti Sumatera Barat, Jakarta, dan Kairo memberikan latar autentik sesuai dengan perjalanan hidup Buya Hamka. Proses makeup dan kostum juga luar biasa, dengan investasi besar untuk menciptakan kemiripan visual tokoh serta suasana era yang digambarkan.
Durasi panjang film yang mencapai tujuh jam dirancang agar penonton dapat benar-benar meresapi sejarah dan kisah hidup sang tokoh. Simak dan ikuti terus informasi terlengkap tentang Review Film yang akan kami berikan setiap harinya.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari bangka.tribunnews.com
- Gambar Kedua dari jatim.antaranews.com